Friday, August 04, 2006

mendadak dangdut


lai..lai..lai..lai..lai..lai..
panggil aku si jablai
abang jarang pulang
aku jarang dibelai

cihuy daahh!!
jangan lupa simpen dua jempol depan idung
meremin mata, melekin mata
sip!
goyang maaaang...









picture taken from here

Thursday, August 03, 2006

kamu vs nikotin

suatu malam ada aku, kamu dan nikotin. ada juga seorang wanita dalam ingatanmu.

kamu : sudahlah, tak usah dinyalakan.

ah sayang, jangan samakan aku dengan wanitamu. wanita yang kamu sembunyikan. wanita yang tidak pernah kamu ceritakan. tidak pernah ingin. baik padaku maupun orang lain. selalu cukup untuk dirimu sendiri.
tapi kamu tak tahu kalau aku tahu. aku tahu wanitamu adalah seorang yang cantik, berasal dari keluarga baik-baik, berprofesi terpuji (mereka bilang), tidak merokok, berpenampilan persis seperti apa yang kamu dan keluargamu inginkan. sempurna. terlalu sempurna malah. dan aku kalah.

nikotin : jangan. tentunya dalam keadaan seperti ini kamu perlu aku. kamu perlu sesuatu untuk menenangkan dirimu sendiri. lagipula diapun merokok.

aku : satu saja, lagi sakauw.

kamu : kalau kamu mulai, kamu tidak akan bisa berhenti. kamu selalu menyambungnya dengan sebatang lagi, sebatang lagi, dan sebatang lagi.

nikotin : buat apa satu? toh untuk mendapatkan satu batang rokok berisi 1 mg nikotin, kamu hanya perlu mengeluarkan selembar uang kertas. tinggalkan saja dia. dia yang menyuruhmu untuk meninggalkanku. karena berlembar-lembar uang yang kamu keluarkan tidak akan pernah memiliki dia.

aku mulai ragu. lighter sudah di tangan kiriku. aku sayang kamu. tapi aku butuh nikotin. saat ini kamu membuat aku gelisah, bahkan marah, dan nikotin akan membantu aku melenyapkannya.

kamu : nikotin berbahaya.

kamu juga berbahaya.
setiap bertemu dengan kalian, jantungku akan berdenyut lebih cepat, tekanan darahku akan naik, dan napasku tidak teratur.
nikotin masuk ke dalam paru-paruku, kamu masuk ke otakku.
nikotin merusak jantungku, kamu merusak hatiku.
sama-sama masuk.
sama-sama merusak.
sama-sama berbahaya.

tapi kalian telah menjadi candu bagiku. aku gila jika bersama kalian. tapi aku akan lebih gila jika tidak bersama kalian.

aku diam. menyalakan lighterku. membakar rokokku. menghisap nikotinku dalam-dalam. aah..ada rasa yang menyelinap ke dalam. membawa ketenangan. perlahan-perlahan bara yang menyala membuat batangnya yang semula panjang menjadi pendek. makin pendek dan kemudian habis.
masih ada racun yang satu lagi, kamu.
lalu aku mulai menghisapmu.

habis manis sepah dibuang

aku dapat membeli rokok sebanyak yang aku mau di toko-toko, bahkan di warung mpok ijah yang ada di ujung jalan. akan ku bakar, akan kuhisap, akan kunikmati, lalu kuinjak-injak sampai baranya mati. atau bisa saja kutinggalkan di lubang toilet, hanya tinggal pencet flush, beres sudah. hilangnya entah kemana, aku tidak peduli.
andai saja kamu, cintaku yang pudar, bisa seperti itu, tentu aku akan lebih memujamu dibandingkan dengan nikotin. aku bisa membelimu dimana saja, sebanyak yang ku mau. sepuluh, seratus, bahkan beribu-ribu sampai aku puas denganmu tapi kamu harus padam setelahnya, saat aku sudah mereguk nikmatmu.
jangan mengekorku, kamu tahu kamu tidak akan mendapatkan kepalaku.
jangan panggil aku, kamu tahu aku tidak akan memalingkan mukaku.
dan..
jangan menungguku, kamu tahu aku tidak akan pernah kembali.